MAAF: Renungan Bersama

Ego Kalah; Kita Menang
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan Guru, walaupun Kita menang, keberkahan menuntut ilmu akan hilang.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan keluarga, walaupun Kita menang, hubungan kekeluargaan akan renggang.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan pasangan, walaupun Kita menang, perasaan sayang pasti akan berkurang.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan kawan, walaupun Kita menang, yang pasti kita akan kekurangan kawan.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan rekan sekerja, walaupun Kita menang, tiada lagi semangat bekerja dalam tim.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan pelanggan, walaupun Kita menang, pelanggan tetap akan komplain.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan Boss, walaupun Kita menang, tiada lagi masa depan di tempat itu.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan bawahan, walaupun Kita menang, perasaan simpati akan sirna.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan tetangga, walaupun Kita menang, hubungan silaturahmi akan memudar.
MAAF...
Kalau Kita ribut dengan siapa pun, walaupun Kita menang, Kita tetap kalah.
Yang Menang cuma ego diri sendiri. Tugas besar Kita mengalahkan ego diri sendiri.
RENUNGAN BERSAMA...
Apabila menerima teguran, tidak usah terus meledak, ngambek dan sebagainya.
Bersyukurlah...masih ada yang mau menegur kesalahan kita.
MAAF...!!!
Tulisan ini bukan berarti saya menggurui, sebab kapasitas keilmuan dan pengetahuan saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan para pembaca yang budiman. MAAF...tulisan ini HANYA-LAH sekedar mengingatkan diri saya yang masih banyak kekurangan sekaligus mengurai rasa tentang pola pikir yang benar dari sederet kalimat di atas, bahwa EGO hanya akan mengalahkan bahkan merusak diri dan orang lain.

Dengan pola pikir yang benar, manusia akan mudah menghindari kejahatan. Di samping itu, pola pikir sangatlah penting untuk menjadi dasar keinginan.  Orang  yang memiliki keyakinan kuat, pasti juga mempunyai pola pikir yang kukuh dan terstruktur. Sebagai contoh, ada kisah yang saya ambil dari buku “4 Cermin Flora Rahasia Membangun Karakter Terbaik” karya Dhoni Firmansyah :

Alkisah, ada seorang pemuda budiman yang suatu saat mendengar bahwa beberapa orang di desanya menyembah sebuah pohon tua. Pemuda itu kemudian pergi menasehati orang-orang itu.”Menyebah pohon itu berarti perbuatan syirik,” katanya. “Yang patut disembah hanya Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta.”

Namun, orang-orang  tetap saja menyembah pohon tua itu hingga akhirnya pemuda tersebut menjadi geram. Diambilnya sebuah kapak, kemudian dia perfi menuju pohon tua itu. Dalam perjalanan pemuda itu bertemu dengan seorang kakek. Orangtua itu bertanya, “Mau kemana anak muda?”
“Aku mau pergi menumbangkan pohon tua yang jadi sembahan orang-orang di desa ini,” jawab sang pemuda.
“Kalau begitu engkau tidak boleh lewat,” kata kakek.
“Apamaksudmu?” tanya pemuda.
“Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon itu. Kalau engkau memaksa, engkau harus melewati aku dulu,” jawab si kakek.
Akhirnya terjadi perkelahian antara pemuda dan kakek. Sang pemuda dengan mudah mengalahkan si kakek. Namun, kemudian kakek itu membuat penawaran, “Jika engkau membatalkan niatmu untuk menebang pohon itu, engkau akan menemukan 2 keping emas setiap harinya dibawah tempat tidurmu.”
Kakek tua itu kemudian melanjutkan, “dengan emas itu, engkau bisa memberi nafkah keluargamu tanpa kamu harus bekerja. Dengan begitu, engkau akan mempunyai banyak waktu lebih banyak untuk menyembah Tuhanmu. Selain itu, sisa emasnya dapat engkau gunakan untuk membantu orang-orang yang ada disektarmu.”
Pemuda itu berpikir sejenak dan akhirnya penerima penawaran itu. Setelah memastikan sang kakek akan memenuhi janjinya, pemuda itu kembali pulang.
Keesokan harinya, pemuda itu benar-benar menemukan dua keping emas di bawah tempat tidurnya. Demikian juga pada hari-hari selanjutnya. Pemuda itu menggunakan emas yang dia dapat untuk menafkahi keluarganya dan menolong prang-orang yang tidak mampu. Kini dia punya banyak waktu untuk beribadah. Sampai suatu ketika, dia tidak menemukan dua keping emas itu lagi. Dengan perasaan marah, pemuda itu mengambil kapaknya dan berjalan menuju pohon tua. “Tidak ada emas, tidak ada pohon.” Ucapnya dalam hati.
Dalam perjalanan, dia bertemu kembali dengan sang kakek. Si pemuda menuntut emasnya, kakek tua menolak dan melarangnya lewat. Perkelahian terjadi lagi, namun kali ini si pemuda kalah. Tubuhnya tersungkur di bawah kaki kakek tua. Pemuda itu bertanya, “kenapa sekarang engkau sangat kuat? Bukankah dulu engkau pernah aku kalahkan dengan mudah?”
Kakek tersebut menjawab, “dulu kau lawan aku karena engkau memperjuangkan keyakinanmu, sekarang engkau melawan aku hanya karena dua keping emas.”

Kisah tersebut mengajarkan kita bahwa keyakinan yang diperoleh melalui sebuah pola pikir adalah sesuatu yang sangat mahal, bahkan tak ternilai. Nah, jika kita benar-benar ingin menata diri, langkah awalnya adalah menyusun struktur pola pikir kita dengan benar, memenuhi kebutuhan dan tak selalu mengutamakan keinginan. Janganlah mengutamakan keinginan sesaat jika hal itu akhirnya mengorbankan kebutuhan kita di masa mendatang.

Salam BATiK...!!!
Gant

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAAF: Renungan Bersama"

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya

Tag Terpopuler