LEM : Antara Cinta dan Gila

Pengertian, Apa itu LEM...?

Menurut KBBI lem adalah barang cair atau liat, dipakai untuk merekatkan sesuatu pada barang lain. Dari pengertian ini dapat disimpulkan lem adalah barang cair yang berfungsi merekatkan yang terserak atau terpisah menjadi satu sehingga memiliki arti dan nilai. Berangkat dari pengertian tersebut, LEM yang merupakan singkatan dari Lembaga Ekonomi Masyarakat lahir untuk merekatkan masyarakat disuatu desa dalam satu wadah kelembagaan agar memiliki kekuatan menghadapi kompetisi dan aktivitas usaha.

Hakikatnya, LEM tidak saja ingin mempersatukan masyarakat desa tapi seluruh pihak yang berkepentingan untuk membantu masyarakat desa melalui suatu program dan proyek atau kegiatan-kegiatannya. Untuk maksud mulia tersebut, hendaknya tak perlu mengawali kegiatannya dengan pendirian kelompok-kelompok kecil yang kurang efektif dan efisien. Akan lebih efektif dan efisien bila program/kegiatan atau proyek tersebut diarahkan pada satu kelembagaan yang beranggotakan seluruh warga desa. Hal ini dapat mengeliminir rasa kecemburuan sosial diantara warga dimana sudah menjadi rahasia umum bila ada program proyek masuk desa hanyalah orang-orang tertentu saja dan atau orangnya itu-itu saja. Akibatnya, partisipasi masyarakat menjadi berkurang dalam mensukseskan program proyek tersebut. Padahal, keberhasilan program sangat ditentukan dukungan partisipasi aktif dari masyarakat.

Pendek kata, kehadiran LEM ingin mewujudkan tata kelola dan gerak ekonomi masyarakat desa secara bersama tanpa memandang perbedaan latar belakang matapencaharian, agama, suku, pandangan politik dll. LEM bukan menjadi saingan bagi pelaku usaha atau pun tandingan bagi kelembagaan di desa yang telah ada, akan tetapi menjadi perekat dan rumah besar dari rumah kecil yang telah ada. Karena LEM meyakini bahwa dalam satu komunitas desa tidak semua masyarakatnya adalah berprofesi sebagai petani akan tetapi ada profesi-profesi lain yang seluruhnya hendaknya dirangkul atau diakumulasi menjadi satu kekuatan besar.

Siapa yang Mengenalkan LEM Pertama Kali...?

LEM...pertama kali dikenalkan langsung oleh “sang penggagas” sendiri yakni seorang anak manusia yang tanpa pamrih berbuat untuk kesejahteraan petani dan masyarakat desa. Dia seorang sosok pemimpin yang low profile namun kharismatik dan bersahaja. Kesan pencitraan sangat jauh dari dirinya bahkan diawal-awal ia mensosialisasikan LEM di jazirah Sulawesi Tenggara acapkali tidur di rumah-rumah petani. Pilihannya untuk istirahat bukan di hotel, tapi alternatif terakhir sebagai tempat peristirahatan sementara adalah di mes...mesjid. Siapakah dia...?  Ia adalah Ir. Bambang, M.M, lahir di Blitar pada tanggal 11 September 1965. Ia lulus sebagai Sarjana Pertanian (S1) dari Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo tahun 1989 dan memperoleh gelar Magister Manajemen (S2) dari Program Magister Managemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor Jurusan Managemen Perencanaan Strategik Tahun 2003. Ia diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 1991. Jabatan tugas yang pernah dilalui yaitu : tahun 1992-1993 ditunjuk sebagai Pimpro APBD Proyek Pengembangan Tanaman Industri. Pada tahun berikutnya yakni 1993-1994 kembali dipercaya sebagai Pimpro APBN Proyek Pengembangan Daerah Transmigrasi Sultra. Selanjutnya tahun 1994-1995 diangkat sebagai Kabag. Perencanaan TCSDP. Pada tahun 1995-1997 ditunjuk sebagai Kepala UPP TCS- DP dan tahun 2001 dipercaya sebagai Kepala Seksi Pengembangan Teknologi. Pada tahun 2003-2008 kembali dipercaya sebagai Kepala Seksi Pengembangan Industri Primer. Tahun 2008-2009 ia diberi amanah menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Tahun 2009-2013 ia dipercaya sebagai Kepala Bidang Produksi Perkebunan sekaligus sebagai PPK Gernas Kakao Sultra. Di tahun yang sama tepatnya bulan Oktober 2013 dilantik sebagai Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara. Tiga tahun menjalankan tugas dan amanah sebagai Kepala Dinas selanjutnya ia terpanggil secara moril untuk mengikuti lelang jabatan sebagai Dirjen Perkebunan dan atas kehendak Tuhan ia terpilih sebagai Dirjen Perkebunan Kementerian Republik Indonesia sejak tahun 2016.

Bagaimana Cara Memahami LEM Dikala Itu...?

Bicara atau mendengarkan LEM saat ini bukan lagi hal yang asing ditelinga orang khususnya dikalangan petani dan warga desa termasuk di beberapa instansi pemerintahan maupun swasta bila dibanding saat awal-awal dulu disosialisasikan LEM. Begitu sulitnya sang penggagas meyakinkan setiap insan perkebunan baik yang ada di desa, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan pusat untuk merestrukturisasi kelembagaan dengan skala kecil menjadi kelembagaan yang mampu mensinergikan berbagai program dan kegiatan yang ada. Kondisi ini ditambah lagi dengan fasilitas dan pembiayaan yang serba terbatas bahkan dikala itu dapat dikatakan zero cost.

Tapi...ditengah situasi yang demikian justru "sang penggagas" menunjukan semangat yang tak pernah surut bahkan tak jarang dana swadaya pribadinya dikeluarkan demi kelancaran dalam proses mensosialisasikan penguatan kelembagaan petani melalui LEM. Kami selalu teringat dengan pernyataan-pernyataan beliau, "satu langkah buat kebaikan petani, terkadang sejuta anak panah siap menghujam kita". "Setiap perjuangan memerlukan pengorbanan dan setiap pengorbanan akan menuai hasil baik."

Berkaca pada semangat dan perjuangan beliau yang sangat mulia dan tak gentar menghadapi setiap masalah, kami tergerak untuk melabuhkan hati dan tekad mengikuti perjuangan sang penggagas. Sejak saat itulah tepatnya di pertengahan tahun 2007 kami berkomitmen untuk mengikuti beliau dari satu desa ke desa lainnya. Di setiap kesempatan, saat ia memberikan penyuluhan tentang konsep kelembagaan LEM kami selalu mencatat/menulis dalam lembaran-lembaran kertas sebab saat itu kami belum memiliki laptop terkadang menggunakan hand phone untuk merekam semua penjelasan yang disampaikan oleh sang penggagas. Dengan keterbatasan fasilitas yang kami miliki tidak menyurutkan semangat kami pula untuk belajar dan belajar memahami tentang penguatan kelembagaan petani melalui LEM. Tak jarang saya bersama sahabat duduk berjam-jam hanya untuk mendengarkan setiap kata, kalimat dan pernyataan yang keluar dari lisan sang penggagas meski kami terkadang rasa "buang air" tapi ditahan sementara karena kami beranggapan semenit saja melewatkan penjelasan beliau adalah kerugian besar.

Memang setiap orang memiliki cara masing-masing dalam memahami sesuatu demikian halnya dengan kami saat itu yang ingin belajar dan memahami LEM dari sang penggagas memanfaatkan sarana dan fasilitas yang serba sederhana namun yang tak kalah pentingnya adalah komitmen dan konsistensi. Jika dua hal tersebut sudah terpatri di dalam jiwa maka rasa berat jadi ringan, sulit jadi mudah dan tidak bisa jadi bisa. Tentu semua itu harus dibungkus dengan satu keyakinan yang mendasar bahwa Tuhan selalu beserta Kita. BACA JUGA Cara menyikapi masalah melalui pikiran positif.

LEM Cinta – Cinta LEM....?

Diatas telah disampaikan bahwa LEM adalah perekat dari yang terpisah. Oleh karena ia perekat maka LEM menghadirkan cinta kepada semua. LEM Cinta warga desa tanpa melihat perbedaan karena sejatinya kita sesama umat manusia. LEM Cinta akan potensi desa karenanya LEM ingin menyatukan untuk menghasilkan kekuatan dahsyat menuju kesejahteraan warganya. LEM Cinta akan kebersamaan karenanya LEM ingin mengajak seluruh pihak baik kementerian/lembaga di pusat, SKPD di provinsi dan kabupaten maupun Perbankan dan Swasta untuk bahu membahu membangun perekonomian, petani maju-mandiri dan bermartabat menuju kejayaan bangsa Indonesia sebagai tujuan kita semua yang  tertuang dalam hymnearti logo dan simbolnya

Dari "LEM Cinta", memunculkan harapan agar kita semua untuk "Cinta LEM". Dengan kita Cinta LEM akan melahirkan rasa pengabdian yang tinggi dan semangat perjuangan. Bila cinta telah hadir maka sungguh seberat apa pun tugas yang diemban akan dengan mudah dilewati karena cinta mampu mengalahkan irasional. Dengan mencintai LEM maka sesungguhnya kita telah memanusiakan manusia. Hadirkan cinta dalam diri maka LEM akan merekatkan dirimu dengan sesama. Dengan menCintai LEM berarti pula kita telah berhasil membangun seribu teman dan menghindarkan diri dari satu musuh sebab bagi LEM, "Seribu teman itu sedikit, Satu musuh terlalu banyak". Dan yang terakhir dengan menCintai LEM sama halnya kita telah melepaskan sifat ego dalam diri yang menjadi penghambat dalam mewujudkan cita-cita karena bagi LEM selalu mengedepankan prinsip "BATiK" Bukan Aku Tapi Kita.

"GILA" LEM

Jika kita simak tulisan diatas tentang Bagaimana Cara Memahami LEM dikala itu...mungkin anda ikut berkata gila sebagaimana orang-orang terdahulu yang acapkali mengatakan ide sang penggagas adalah ide gila dan tak masuk akal. Tapi dengan sabar dan sedikit bercanda ia senantiasa mengatakan bahwa memang terkadang harus "gila" untuk melakukan sebuah perubahan. Tapi...ia tidak menyalahkan siapa pun yang berkata demikian karena selain menjadi hak seseorang untuk berbicara juga tentu yang berkata tersebut memiliki alasan sendiri. Adalah sesuatu yang tak bisa diterima akal sehat memang, ditengah keterpurukan ekonomi petani mereka diminta untuk berswadaya dengan menyimpan sebesar satu juta rupiah pada lembaga. Adalah sesuatu yang tak masuk akal memang ditengah rasa percaya (trust) masyarakat desa terhadap kelembagaan yang sangat rendah tapi mereka diminta untuk menyimpan satu juta rupiah pada lembaga. Adalah sesuatu yang tak masuk akal memang ditengah fasilitas yang terbatas bahkan zero cost tapi masih juga melaksanakan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi dari desa ke desa.

Mungkin ini yang dimaksud oleh sang penggagas bahwa "satu langkah buat kebaikan petani, terkadang sejuta anak panah siap menghujam kita". Jika saja hujaman "anak panah" tidak dihadapi dengan sabar mungkin nama LEM hari ini takkan pernah ada. Akan tetapi karena harus "Gila" untuk melakukan sebuah perubahan kelembagaan petani, alhasil LEM hari ini berkibar tidak saja di Sulawesi Tenggara tapi di beberapa provinsi di luar Sultra antara lain Aceh, Sumsel, Sumut, Jabar, Jatim, Jateng, Lampung, Kalimantan, Bali, NTB, Sulteng dan Sulut dengan konsep yang sama yakni membangun kekuatan swadaya petani satu juta satu Kepala Keluarga.

Sebagai penutup dari tulisan ini, yuuukk...kita hindarkan pikiran atau kekuatiran yang belum terjadi tapi kita tidak kuatir pada sesuatu yang sudah terjadi. Tengoklah petani kita dari dulu sampai sekarang selalu berada pada kondisi tak berdaya dalam setiap pengambilan keputusan dan hanya menjadi objek terhadap keputusan yang telah terjadi sehingga untuk merasakan hidup sejahtera masih jauh panggang dari api. Apakah kita tidak kuatir dengan kondisi tersebut...? Sebaliknya kekuatiran kita justru muncul ketika petani diajak berswadaya membangun kekuatan dari, oleh dan untuk mereka sendiri dengan asumsi petani tidak mampu, petani tidak punya uang dan lain-lain yang justru kekuatiran kita mengkerdilkan petani itu sendiri. Padahal sudah semestinya petani diangkat harkat dan martabatnya karena dari hasil yang mereka tanamlah kita makan untuk bisa hidup. Karena itu sekali lagi mari hilangkan kekuatiran yang belum terjadi tapi kuatirlah pada sesuatu yang sudah terjadi.

~ Sekian ~ 
Gant

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "LEM : Antara Cinta dan Gila"

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya

Tag Terpopuler