BENIH: ANTARA DONGENG DAN REALITA..?!
Picture by Google - Bhayangkari |
Ada dua benih yang
terbaring berdampingan di dalam tanah sebuah ladang pertanian. Benih kecil yang
pertama ingin tumbuh besar dan kuat serta menghasilkan buah dan benihnya
sendiri. Oleh karena itu benih ini merentangkan akarnya jauh ke dalam bumi dimana
ia dapat menemukan semua nutrisi dan air yang akan ia perlukan. Pada waktu yang
bersamaan, sistem pengakaran benih ini juga membuat jangkar untuk memberikan
kestabilan pada benih yang perlahan-lahan tumbuh menjadi semaian, kemduian
tumbuh menjadi anak pohon dan akhirnya menjadi pohon untuk menopang
pertumbuhannnya. Benih ini ingin merentangkn dahannya menuju langit untuk
merasakan matahri yang membelai daun-daunnya dan menghasilkan buah yang banyak
agar dapat dinikmati oleh banyak orang.
Benih yang kecil
pertama ini memiliki ambisi yang tinggi dan karena itulah ia tumbuh menjadi
pohon yang indah seperti selama ini yang telah diimpikannya.
Benih kecil yang
kedua juga menginginkan hal yang sama tetapi ia merasa takut. Tanah yang ada
sungguh dingin, gelap dan tidak menarik. Benih yang kedua ini takut apabila
menginginkan akarnya jauh ke dalam bumi, ia akan bertemu bebatuan atau bahkan
akan lebih buruk lagi cacing yang tentu saja menyukai akar yang masih lunak. Dan
bagaimana jika ia harus tumbuh keluar, tentunya benih yang masih halus ini akan
rusak ketika mencoba untuk menembus tanah yang berat dan padat diatasnya. Dan sekalipun
ia mampu ke permukaan, apakah ia tidak akan terinjak oleh kaki seseorang atau
menjadi kering karena terbakar sinar matahari atau terdesak tanaman tanaman
lain yang bersaing untuk tumbuh di tempat yang sama?
Benih kecil yang
kedua memutuskan bahwa ini terlalu beresiko. Ia lebih baik menunggu dan melihat
apa yang terjadi pada benih pertama terlebih dahulu. Selain itu, benih yang
kedua ini merasa cukup nyaman dengan keadaannya yang sekarang. Untuk sementara
waktu, benih yang kedua ini memutuskan untuk bermain aman dan tetap pasif. Sayangnya,
pada pagi yang sama seekor ayam betina yang sedang mengeruk tanah menemukan
benih kedua yang sedang menunggu tersebut dan langsung memakannya.
Pesan dibalik cerita
dongeng ini sebenarnya sederhana: mereka yang memilih untuk tidak mengambil
resiko sering “dimakan” oleh pertanyaan mengapa dan berbagai kekuatiran dalam
dunia ini. Jadi, apakah cerita diatas adalah DONGENG atau REALITA…? Wallahu a’lam
bishawab…yang pasti cerita dongeng atau realita ini jangan biarkan terjadi pada
diri kita. Sebaliknya, ingatlah bahwa tanpa resiko, tidak akan ada hasil.
Hidup ini
sendiri adalah sebuah resiko. Pikirkan…kita mengabil resiko setiap kali kita mengendarai
kendaraan atau menyeberangi jalan. Bahkan bangun dari tempat tidur kita pada
pagi hari juga merupakan sebuah resiko. Apakah kita tahu bahwa ada banyak orang
terjatuh atau terantuk kepalanya saat mereka bangun, ada yang tersandung barang
atau perlengkapan pakaian yang berserakan, dan lain-lain. Jika kita ingin benar
benar menjalani hidup, kita harus bersiap untuk membuat keputusan dan mengambil
resiko.
Mungkin bait ini
bisa menginspirasi kita semua…
Tertawa adalah mengambil resiko
terlihat konyol.
Menangis adalah mengambil resiko
terlihat sentimental.
Berhubungan dengan sesuatu adalah
mengambil resiko untuk terlibat.
Mengungkapkan perasaanmu adalah
mengambil resiko mengungkapkan dirimu yang sesungguhnya.
Menempatkan ide dan impianmu di
depan kerumunan adalah mengambil resiko kehilangan mereka.
Mencintai adalah mengambil resiko
tidak balik dicintai.
Hidup adalah mengambil resiko
menjadi sekarat.
Mencoba adalah mengambil resiko
kegagalan.
Memohon adalah mengambil resiko
penolakan.
Tapi resiko harus diambil…
Karena
resiko terbesar dalam hidup adalah tidak mengambil resiko apapun.
Orang yang tidak mengambil resiko
tidak melakukan apa apa, tidak memiliki apa apa, dan bukan apa apa
Ia bisa menghindari kesengasaraan dan kesedihan tapi tak bisa
mempelajari, merasakan mengubah, menumbuhkan, mencintai, atau pun menjalani
kepastian dalam dirinya.
Hanya orang yang mengambil resiko yang sungguh-sungguh bebas dan merdeka
hati dan pikirannya.
0 Response to "BENIH: ANTARA DONGENG DAN REALITA..?!"
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya