Kilas Balik Perjalanan LEM



LEM-Blog-Informasi-Motivasi
Foto Bersama Bapak Ir. Bambang, MM (Tengah)
Tiga tahun lalu Bapak Ir. Bambang, M.M. mengikuti pendidikan dan Latihan Pimpinan Tingkat II  di Lembaga Administrasi Negara Makassar dengan mengangkat topik Proyek Perubahan berjudul “Peningkatan Daya Saing Petani Melalui Penguatan Kelembagaan”. Di waktu yang bersamaan, tepatnya 18 September 2015 Universitas Gadjah Mada selaku universitas terbesar di Indonesia menyelenggarakan Diskusi Nasional pada rangkaian Hari Kakao Nasional dan Dies Natalis Universitas Gadjah Mada ke-69 dengan tema “Mewujudkan Kemandirian Petani Melalui Penguatan Kelembagaan”.    
BACA JUGA:

Beliau diberikan kesempatan menjadi narasumber utama “Curah Gagasan Mewujudkan Peningkatan Daya Saing Petani Melalui Penguatan Kelembagaan” dengan menghadirkan para pakar pertanian Indonesia sebagai pembahas yakni: Dr. Ir. Roso Witjaksono (Pakar Kelembagaan Sosial Petani UGM); Dr. Ir. Lestari Rahayu W (Pakar Lembaga Ekonomi Masyarakat); Prof. Dr. Bungaran Saragih (Guru Besar Sosial Ekonomi Pertanian IPB); Ir. A. Mangga Barani, MM (Pemerhati Perkebunan); dan Dr. Subejo (Pakar Kelembagaan Petani UGM). 

 CUPLIKAN VIDEONYA BISA DOWNLOAD DISINI
 
Diskusi tersebut dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Menteri Pertanian Dr. Ir. Mukti Sarjono, turut memberi sambutan  Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan ditutup oleh Pembantu Rektor II UGM, yang dihadiri para pemangku kepentingan pertanian dan perkebunan dari seluruh Indonesia (Perwakilan Kementerian Perdagangan, Kadis yang membidangi Pertanian dan Perkebunan Provinsi dan Kabupaten, Perguruan Tinggi, unsur Perbankan, Asosiasi/Lembaga Petani, Asosiasi Industri, LSM, Dunia Usaha dan Pengurus Organisasi Kemahasiswaan).  Para pejabat Sulawesi Tenggara juga turut hadir, diantaranya Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Kepala BI Perwakilan Kendari, Direktur Bank Sultra, Rektor Unsultra, Dekan Faperta UHO dan beberapa guru besar UHO serta para pejabat provinsi dan kabupaten yang membidangi pertanian dan perkebunan.
 
Pada diskusi nasional yang dihadiri lebih dari 300 peserta tersebut, Bambang memaparkan ide dan gagasan tentang perlunya perubahan paradigma kelembagaan petani diantaranya adalah:  1) Nama Kelembagaan yang bersifat universal yang dapat diterima oleh semua Kementerian dan Lembaga; 2) Proses pendirian lembaga; 3) Satu desa satu lembaga untuk wadah pelaksanaan pembangunan bagi semua institusi;  4) perlunya melibatkan seluruh warga desa; 5) mengedepankan investasi swadaya; 6) mempertahankan otonomi desa dan kearifan lokal; 7) sinergi program;  8) pendekatan multi dimensi dan multi komoditi; 9) membangun jejaring antara desa, kecamatan dan kabupaten; 10) berskala ekonomi; dan 11) pengembangan agroindustri yang tangguh dengan sistem kemitraan yang berkeadilan.

Semua pakar memberikan apresiasi terhadap gagasan penguatan kelembagaan petani, berikut ini petikan dari beberapa pakar. Prof. Dr. Bungaran Saragih (Mantan Menteri Pertania RI) “...Belum banyak yang saya lihat ide seperti  yang dibuat pak Bambang ini, reformasi sudah berhasil, otonomi daerah sudah berhasil, maka ide mengenai bagaimana membangun pertanian,
LEM-Blog-Informasi-Motivasi
Prof. Dr. Bungaran Saragih
membangun pedesaan, membangun masyarakat yang sudah didaerahkan itu mulai kelihatan hasilnya.  Ide ini justru datang dari Sulawesi Tenggara
.... Yang menarik dari pikiran pak Bambang adalah melihat bagaimana keadaan dari petani dan usahataninya, kenapa dia tidak sejahtera, padahala sudah banyak usaha selama ini, usaha yang diberikan pemerintah, usaha yang diberikan dari bisnis organisasi internasional dan lain-lain, tetapi tetap begitu-begitu saja, saya pikir itu benar bahwa salah satu penyebabnya adalah lemahnya kelembagaan petani..tapi bukan satu-satunya....”. 
 

CUPLIKAN VIDEONYA BISA DOWNLOAD DISINI

Blog-Informasi-Motivasi
Ir. A. Mangga Barani, MM 
Ir. A. Mangga Barani, MM (Mantan Dirjen Perkebunan) “...Saya sangat apresiasi kepada pak Bambang, dan ingin menambahkan beberapa hal secara teoritis bagus sekali, sekarang perlu tambahan satu mengenai yuridis.   Coba kita ramu, antara pendekatan ilmiahnya dari Gadjah Mada kemudian praktisinya dari pak Bambang, tapi mari kita lihat secara yuridisnya yang bisa membackup sehingga menjadi konsep yang ideal.  Karena kedepan desa akan menjadi tumpuan dan perhatian pemerintah dan semua pihak, sehingga konsep ini bisa tumbuh dan berkembang..."   

Beberapa pakar dari Universitas Gadjah Mada yang turut menjadi narasumber pada kegiatan seminar tersebut (Dr. Subejo; Dr. Ir. Roso Witjaksono; dan Dr. Ir. Lestari Rahayu W.)  juga memberikan dukungan dari sisi teoritis.  Menurut Dr. Subejo, bahwa sesuai teori James Coleman tentang modal sosial, Konsep LEM Sejahtera mampu membangun modal sosial yang mengarah pada penguatan ekonomi. Terdapat  empat syarat yang harus dipenuhi untuk menguatkan modal sosial pada kelembagaan masyarakat.  Keempat syarat tersebut ternyata telah dijadikan pilar pada konsep ini, bagaimana kelembagaan petani : 1) menjadi fasilitator proses distribusi dan pembagian informasi (information sharing); 2) menekan perilaku oportunis anggota (opportunistic behavior): sanksi administrasi dan sanksi sosial; 3) mengurangi biaya transaksi (reduction transaction cost); dan 4) memfasilitasi tindakan kolektif (collective action). 

Salah satu anggota DPD RI asal Sulawesi Tenggara (Ir. Jabar Toba) memberikan dukungan … kami berempat anggota DPD Ri asal Sulawesi Tenggara, tidak segan-segan mendukung Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera di Seluruh Indonesia bukan hanya di Sulawesi Tenggara…”.

Pimpinan Bank Indonesia Perwakilan Kendari pada kesempatan yang sama mengemukakan bahwa pola penguatan kelembagaan petani LEM Sejahtera satu desa satu lembaga, yang dikelola oleh pengurus yang professional, skala ekonomi yang lebih besar dan didukung oleh persatuan dan komitmen anggotanya menambah keyakinan perbankan untuk berinvestasi mendukung kegiatan usahatani.  Sehingga saya menyarankan agar LEM Sejahtera tidak hanya dikembangkan di Sulawesi Tenggara, tetapi hendaknya dapat direplikasi di daerah-daerah lain di Indonesia.

Menariknya acara diskusi ini, seluruh peserta memberikan dukungan terhadap upaya penguatan kelembagaan petani.  Dekan Fakultas Pertanian UGM menyatakan bahwa upaya penguatan kelembagaan petani  tidak cukup hanya di lakukan pembinaan, revitalisasi, atau hanya sebatas restrukturisasi kelembagaan, melainkan sudah saatnya melakukan revolusi kelembagaan petani untuk mewujudkan kesejahteraan mereka

Blog-Informasi-Motivasi
tandatangan peserta seminar pada spanduk putih
Pada akhir sesi diskusi  disepakati untuk mendeklarasikan Revolusi Kelembagaan Petani yang ditandai dengan penandatanganan bersama.  

Keberadaan “LEM” dengan nama yang tidak memiliki kemiripan dengan nama salah satu kementerian/lembaga serta jargon “LEM” sebagai “perekat” diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi semua pihak yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat desa untuk menyelenggarakan aktivitas pembangunan di pedesaan secara terpadu dan keberadaan Direktorat Jenderal Perkebunan dibawah arahan Kementerian Pertanian RI mengawali untuk memfasilitasi keterpaduan kegiatan pembangunan yang pro petani dari semua kementerian/lembaga. 

Semoga & Salam BATiK...!!

Gant

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kilas Balik Perjalanan LEM "

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya

Tag Terpopuler