Alumni Penyuluhan Pertanian MAU KEMANA: "Whats Your Orientatation After College"
Foto: WhatsApp Grup IKA-PKP Universitas Halu Oleo |
Temu Alumni: Bincang-Bincang
Penyuluhan Pertanian dengan Tema “Alumni
Penyuluhan Pertanian MAU KEMANA” yang difasilitasi oleh Jurusan/P.S
Penyuluhan Pertanian Universitas Halu Oleo serta dihadiri oleh Alumni dari berbagai
angkatan pada Jum’at (26/10/2018) membawa alam pikiran untuk mengingat kurang
lebih 20 tahun lalu kita menginjakkan kaki di Kampus Tercinta Fakultas Pertanian
Unhalu. Kegiatan Temu Alumni merupakan momen bahagia karena dengan izin dan kehendak
Tuhan Yang Maha Esa kita yang terpisah sejak puluhan tahun lamanya dikarenakan
berbagai profesi dan aktivitas serta tempat
yang berbeda, hari ini kita dapat berkumpul bersama bahkan keseruan itu makin terasa
dengan adanya pertunjukkan seni dan kreativitas dari adik-adik Mahasiswa P.S
Penyuluhan.
Foto: Google |
Sebelum kita melanjutkan
Bincang-Bincang Penyuluhan Pertanian melalui saluran media ini, tak salah bila kita mencoba melakukan flasback 20-an tahun lalu ketika kita mulai menginjakkan
kaki di Kampus Unhalu sampai pada akhirnya kita dberi gelar Sarjana setelah
melewati fase yang kalau diistilahkan pahit getirnya menjadi mahasiswa. Saya berkeyakinan
bahwasanya pahit getirnya ketika menjadi Mahasiswa, tentu takkan sama antara Mahasiswa
dari berbagai angkatan pada setiap momen-nya. Namun demikian, saya
coba membreak down secara umum apa
saja Momen Pahit Getirnya Menjadi Mahasiswa.
Pertama, momen ketika dimana kita
merasakan tegang dan berharap cemas saat menjelang hari pengumuman bisa
diterima di kampus Unhalu dengan satu tanya dalam diri..Lulus apa Tidak Lulus. Kalau
saya sih Alhamdulillah tidak tegang karena masuk di Unhalu melalui jalur “Bebas
Test”. Tapi teman yang ikut test, wooowww pasti tegang dan ketegangan itu
memuncak tat kala dihari pengumuman koran Kendari Post habis terjual hehehe.
Kedua, saat masuk kampus kaget
waooww... gedungnya tinggi, halamannya luas, tangganya bisa naik turun sendiri
(red-lift) dll. Bagi saya tentu kaget dan mungkin beberapa teman lain yang juga
berasal dari kampung seperti saya pasti kaget “jangan mi pura-pura kasian”...hahaha.
Tapi bagi teman-teman yang tinggal di Kota, ini mah biasa aja bahkan diantara
mereka ada yang mengatakan kepada kami dari kampung “pelan saja” (istilah dulu)...hehehe.
Ketiga, OSPEK..!! bahasa anak
jaman now, “ini mi yang ngeri, hehehe...” Ya Momen ini merupakan sesuatu yang
tak bisa terlupakan sampai kapan dan oleh siapa pun. Gimana tidak, kita sebagai
MABA tak ubahnya orang gila dengan dandanan kepala botak, kaos kaki beda warna,
pakai kalung permatanya dari kaleng susu yang diisi kelereng. Kemudian serunya
subuh-subuh sudah harus tiarap di got/selokan. Dan yang tak bisa terlupakan juga
sampai dengan hari ini ketika “SATU PERMEN”
harus berbagi rasa kepada seluruh
teman-teman peserta Ospek, hahaha....
Keempat, bangga saat diberi atau
mendapat Kartu Mahasiswa. Pokoknya saat itu kalau sudah ada kartu mahasiswa naik
motor tanpa ada SIM pun berani karena kalau ditahan Polisi tinggal bilang “Pak
Saya Mahasiswa dan ini kartu Mahasiswa saya....” Alhamdulillah tidak kena
tilang (pengalaman pribadi hehehe)
Kelima, momen yang juga takkan
pernah terlupakan yaitu pacaran-pacaran haheeee...Putus nyambung, tidak bisa nyambung
pacaran dengan cewek lain dan akhirnya Cewek itu KUPUTUSKAN untuk menjadi
Istriku saat ini, hehehehe...
Keenam, momen begadang ketik
laporan. Kalau saat ini kita bisa copas tapi dulu yang tak bisa dilupakan yaitu
membuat laporan dengan mesik ketik sampai-sampai tertidur dengan mesin tik. Belum
lagi kita diminta membawa kodok sebagai bahan praktek. Andaikan kodoknya mau
ditangkap mungkin tak jadi soal tapi karena kodok tak mau ditangkap akhirnya saya
dan teman-teman berburu kodok di malam buta hahaha...
Ketujuh, momen yang membawa
kebaikan yakni ikut dan aktif pada kegiatan instra dan ekstra kampus, baik di Kampus
Unhalu itu sendiri maupun di luar Kampus Unhalu. Dan asyiknya sekali-sekali
demo hahaha...
Kedelapan, momen menunggu kiriman
uang dari orang tua di kampung. Tidak seperti sekarang informasi begitu cepat
sampai tapi dulu harus menunggu beberapa waktu sebab informasi dilakukan
melalui surat menyurat. Kalau pun mau menelpon melalui interlokal dan bukan
pula telpon di rumah sendiri melainkan di rumah tetangga yang sebelumnya harus
meminta ijin dan kesediaan untuk menyampaikan kepada orang tua kalau anaknya di
Kendari ingin bicara. Wahhh...pokoknya nda enaklah repotin orang tapi mau harus
bagaimana lagi sebab itulah jadul, jaman dulu hahaha...Nah setelah dapat
jawaban dikirimkan tidak pula secepat seperti sekarang tinggal pergi gesek ke mesin
ATM tapi harus menunggu waktu lagi untuk sampai di Kendari karena melalui kiriman WESEL POS. Bila
terlambat datang kiriman maka kamar yang masih berasap disitulah tempat kita berlabuh
sementara waktu hehehe...
Kesembilan momen saat KKP hal
terlucu ketika teman cewek yang biasa buang hajat “pup” di toilet tapi sampai
di desa lokasi KKP harus meninggalkan kebiasaannya dengan buang hajat atau “pup”
di lubang dimana diatas lubang tersebut dua batang kayu yang berukuran pendek
sebagai tempat pijakan kaki. Alhasil teman tersebut lari pontang panting sambil
berteriak ada ular...ada ular...sambil memanggil namaku. Entah mengapa nama
saya yang dipanggil, mungkin sudah rejeki saya kalle ya.. karena teman cewek tersebut
lupa memperhatikan kondisinya saat itu. Ahhh... Alhamdulillah tontonan gratis
hahahaha. Ternyata ular yang dimaksud ketika mendengar ada bunyi “plok”
berturut-turut jatuh ke dalam lubang....hehehe tak perlu diteruskan saya yakin
semua sudah tahu arahnya hahaha...
Kesepuluh, ini momen yang semua Mahasiwa
pasti dan pasti merasakan pahit getirnya yakni membuat proposal sampai skripsi
dengan bimbingan yang berulang-ulang, dari Pembimbing II ke Pembimbing I. Sudah
diperbaiki ada yang kena coretan, perbaiki lagi. Di konsultasikan lagi...dicoret
lagi. Terus berulang-ulang sampai akhirnya kata menyenangkan yang ditunggu-tunggu
oleh semua Mahasiswa....”OK, saya tanda tangan silahkan ajukan untuk ujian
Skripsi. Wuuhhhhh....senangnya akhirnya ujian juga hahahaha
Itulah sepuluh momen pahit
getirnya menjadi mahasiswa yang tentu tidak akan sama antara satu mahasiswa
dengan mahasiswa lainnya yang terjadi kurang lebih 20 tahun lalu agar kita diingatkan
“JASMERAH” JAngan Sekali-kali MElupakan
SejaRAH..!!
Foto: WhatsApp Grup IKA-PKP Unhalu |
Selanjutnya berbicara tentang tema
“Alumni Penyuluhan Pertanian MAU KEMANA”
maka saya melihat dari perspektif sederhana, “ask yourself” tanya diri sendiri, “whats your orientatation after college” Apa orientasi anda setelah
kuliah. Hal ini juga telah diungkapkan oleh Narasumber pada Temu Alumni, yakni Kakanda
La Ode Koso dan Kakanda Zainal Abidin serta Adinda Nisrina Hamid yang ketiganya
telah mendeskripsikan apa dan bagaimana aktivitas mereka pasca mendapat gelar
Sarjana. Pesan yang dapat kita tangkap dari apa yang disampaikan ketiganya
adalah bagaimana seorang Mahasiswa menancapkan pertanyaan mendasar dalam hati
dan pikiran tentang orientasi atau mindset dia saat menjadi Mahasiswa dan Pasca
Mahasiswa (red-Sarjana). Hal itu, akan dengan mudah dijawab ketika kita mampu
mengenali Potensi Diri. Whats your potensial..? Sekali lagi
kenali potensi diri anda lalu EKSEKUSI dan ketika meng-eksekusi jauhkan pikiran
anda dari keragu-raguan, sebaliknya tanam dan tumbuh-kembangkan sikap optimisme
serta berprinsip “Perjalanan seribu meter
selalu dimulai dengan langkah pertama”
Foto: WhatsApp Grup IKA-PKP Unhalu |
Untuk itu, melalui tulisan ini
saya ingin kembali mengulang apa yang telah saya sampaikan saat mendapat
kesempatan untuk berbagi informasi pada acara Bincang-Bincang Penyuluhan Pertanian.
“Alumni Penyuluhan Pertanian TIDAK KEMANA-MANA
Tapi Ada Dimana-Mana. Alumni Penyuluhan Pertanian Ibarat Angin, Tak Dapat Dilihat Tapi Bisa
Dirasakan” Pernyataan saya tentu bukan tak berdasar atau mengada-ada akan
tetapi didasarkan pada fakta dan realita betapa banyak Alumni Penyuluhan yang
telah memberikan kontribusi tenaga dan pikirannya diberbagai sektor, baik di Instansi
Pemerintah, Perusahaan, Perbankan, Akademisi di Perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta, Lembaga Politik (red-Partai), Kontraktor, LSM dan lain-lain. Inilah yang
saya maksud dari “Alumni Penyuluhan
Pertanian TIDAK KEMANA-MANA Tapi Ada Dimana-Mana. Alumni Penyuluhan Pertanian Ibarat
Angin, Tak Dapat Dilihat Tapi Bisa
Dirasakan”
Sebagai akhir dari tulisan ini, kita
coba mengelaborasi penyuluhan pertanian dari sudut pandang penyelenggaraannya berdasarkan pengalaman yang
kita amati di lapangan. Bahwa penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan
berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi dan keterpaduan kegiatan
antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota bahkan sampai ke tingkat Desa dalam
satu sistem penyuluhan pertanian yang disepakati bersama dengan melibatkan
petani, swasta dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam kenyataannya sekarang, masing-masing instansi berjalan
sendiri-sendiri, sehingga penyelenggaraan penyuluhan pertanian menjadi kurang produktif,
kurang efektif dan efisien. Sebagai contoh,
di instansi saya tempat bekerja (red-Dinas Perkebunan dan Hortikultura Prov.
Sultra) kegiatan-kegiatan penyuluhan perkebunan dan hortikultura tak satu pun
dilaksanakan oleh penyuluh pertanian atau dengan kata lain penempatan personil
khusus penyuluh Perkebunan dan Hortikultura sampai dengan saat ini belum ada di
Dinas Perkebunan dan Hortikultura.
Titik kritisnya adalah lahirnya Undang
Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan. Sejak diimplementasikannya Undang Undang tersebut, para penyuluh
pertanian seperti punya “rumah”
sendiri, karena Undang Undang tersebut mengamanatkan adanya kelembagaan
penyuluh mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai tingkat
kecamatan. Namun pada tataran penyelenggaraan penyuluhan realita membuktikan para
penyelengara penyuluhan pertanian melakukannya dengan persepsi, pendekatan dan
sistem yang berbeda-beda, tidak terintegrasi karena tidak berdasarkan pada
filosofi dan prinsip-prinsip penyuluhan yang sama.
Hal ini kemudian menjadikan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian kurang efisien dan efektif, sehingga belum
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Akhirnya penyelenggaraan
penyuluhan pertanian belum dapat memberikan dukungan terhadap tercapainya
tujuan pembangunan pertanian baik secara nasional maupun secara lokalita.
Foto: WhatsApp |
Oleh karena itu melalui Temu
Alumni: Bincang-Bincang Penyuluhan Pertanian bukan saja melahirkan euforia kangen-kangenan antar sesama Alumni dan adik-adik Mahasiswa tapi bagaimana mampu melahirkan sebuah ide dan win-win solution atau format jitu
dalam upaya mengintegrasikan penyelenggaraan penyuluhan pertanian mulai dari
pusat sampai ke daerah sehingga penyelenggaraan penyuluhan pertanian bukan suatu keniscayaan.
Sekian dan Semoga Bermanfaat..!!
Salam “BATiK” Bukan Aku Tapi Kita
0 Response to "Alumni Penyuluhan Pertanian MAU KEMANA: "Whats Your Orientatation After College""
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan komentarnya